Selasa, 14 Februari 2012

Hanya Bisa Menatap Wajahmu

Oleh : Aditya Pratama Tufiadi
8 Desember 2011

Berawal dari kegiatan JILFest atau Jakarta International Literary Festival 2011 aku bertemu dengannya tak sengaja namun tak sempat bertanya nama. Sedih-sedih, sedih banget rasanya Cuma bisa melihat wajahnya dan tubuhnya yang dibalut dengan batik coklat dan memegang sebuah buku.fiuhhh…

Sebelumnya bertemu dengannya.

Waktu masih menunjukkan pukul 05.00 WIS->Waktu Indonesia Serang “Hehehe” daku langsung bergegas mandi tak lupa menggosok gigi dan selanjutnya ya seperti anda2 juga lah. Lanjut shalat shubuh, dan daku mengenakan pakaian sambil mencari kunci motor yang menghilang entah kemana dan ternyata… taraaaa… ada dibalik helm kumuh berdebu.

Pijit-pijit HP mencari nama seseorang tuk mengetahui keberadaannya sambil mengendarai motor butut menuju kampus. Dan ternyata halte yang dituju masih kosong tanpa dihadiri oleh kerumunan orang yang berjanji datang tepat waktu. Daku pun menunggu dan menunggu walau “menunggu adalah hal yang paling membosankan”.

Waktu pun berlalu dan akhirnya teman-temanku begerombol datang menuju halte.
Daku: “lama kali kau datang!” janji jam berapa, dasar jam karet.
Dikau: “Hahahaha” (Tersenyum sumeringah) “biasa macet”..
Daku: “alasan saja. Yasudah berangkat kita”…

Sambil memainkan HP tuk menghilangkan kejenuhan menunggu datangnya bis tuk mengantarkan kami ke acara JILFest di Jakarta.

Singkat cerita kami mengikuti acara hingga akhir, dan pada sa’at pulang kita berdua berpisah dari teman-teman yang lain karena masih ada sesuatu yang harus diselesaikan.
Daku: “boy pulang yu udah magrib nih”. (dengan muka lusuh)
Dikau: “hayulah. Tapi sebelum pulang kita shalat ashar dulu”.
Daku: “oke sippp”

Selesai shalat kita berdua menunggu bis busway yang sumpek penuh dengan kerumunan orang, sempit, bau asem yang bertebaran dengan bau keringat. Rasanya ingin sekali menutup hidung ini, namun apa daya, tanganku hanya dua, yang satu memegang pegangan di atap bis dan yang satu memegang dompet (khawatir ada copet cooy).

Nah ini yang kutunggu2 transhit dari harmoni bis pun kosong dan daku dapat tempat duduk di kursi belakang. Melihat sekeliling jalan lampu kerlap-kerlip Jakarta penuh dengan hingar binger kegiatan. Pas di salah satu halte ada dua orang gadis masuk bis yang kita tumpangi.

Fits Really” dia berdiri dihadapanku, wajahnya yang lusuh membuatku merasa iba, namun apa dikata daku sudah tak kuat tuk berdiri. Rasanya tulang kakiku rapuh, tergopoh-gopoh tuk menopang tubuh ini.

Malam ini memang pemandangan yang indah banget, salah satu malaikat datang dihadapanku. Walau wajahnya lusuh tak membuatku berpaling dari hadapannya. Di dadanya terdapat sebuah buku yang dipeluknya. Andai aku jadi buku itu” ah malah mikir gitu.. hahahaha.

Sesekali mataku terpejam menengadah ke bawah karena sudah terlalu letih, namun dalam hati kecil ingin sekali melihat wajahnya lagi… dan kembali lagi daku melihat senyum manis itu. Menit demi menit pun berlalu, satu persatu penumpang yang menaiki bis busway pun turun.

Dan pada waktu yang tak ingin dilalui pun terjadi, tak ingin dan tak mau terjadi, tapi apa mau dikata. Pas ditugu yang ramai dengan hiruk pikuk kehidupan, seorang kondektur tur bersuara lantang menyebutkan salah satu kata yaiu “cengkareng” berhentilah bus itu. Satu per satu penumpang turun dan salah satunya malaikat yang cantik itu pun ikut turun. Hanya bisa melihat kepergiannya dari balik tirai jendela yang terselubung dengan pekatnya malam.

Salam manis untuknya yang berdiri dihadapanku selama perjalanan yang tak pernah daku lupakan. Semoga waktu bisa mempertemukan kita lagi. Amien..
The end

2 komentar:

frasticha on 14 Februari 2012 pukul 05.45 mengatakan...

hahaha. kasian amat ya cuma bisa memandang. haha

Aditya Pratama Tufiadi on 14 Februari 2012 pukul 19.38 mengatakan...

iya nieh, belum beruntung,hehehe

Posting Komentar

Budayakan setelah membaca tinggalkan komentar
just comment, doesn't spam.

 

Followers

APT's Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template